Tradisi Omed-omedan, Ajang Mencari Jodoh Pemuda Pulau Dewata Bali

Apakah anda sudah pernah mendengar salah satu tradisi di Bali yang satu ini, yaitu tradisi Omed-omedan. Tradisi unik yang satu ini merupakan sebuah tradisi ciuman massal. Tradisi leluhur ini sudah lama dilestarikan.

Tradisi ini bukan tradisi yang melecehkan atau tradisi buruk. Tujuan dilakukannya tradisi ciuman ini ialah mempererat tali persaudaraan serta menolak bala. Penduduk Bali percaya jika tidak dilakukan maka akan mendapat kesialan.

Tradisi Omed-Omedan
via Sportourism

Lokasi Pelaksanaan Tradisi Omed-Omedan

Omed-omedan sudah sering diadakan sejak awal tahun 1900-an ini masih dipertahankan oleh warga Bali, khususnya yang berada di Banjar Kaja, Desa Adat Sesetan, Denpasar. Omed-omedan ini hanya dapat diikut oleh para pemuda pemudi dengan batas usia minimal adalah 13 tahun, kemudian juga belum menikah.

Asal Mula Tradisi Omed-Omedan

Awal mula adanya tradisi omed-omedan ini yaitu pada jaman dahulu hanya dilakukan secara iseng oleh sepasang kekasih yang sedang digoda oleh teman-temannya untuk berpelukan. Dan saat mereka melakukannya, keadaan pun menjadi riuh dan ramai.

Kejadian tersebut dilakukan di depan Puri Oka. Kemudian karena keriuhan dan kegaduhan tersebut, Sang Raja Puri Oka yang sedang sakit keras serta tak kunjung sembuh ini pun keluar. Namun, ketika Sang Raja menonton kejadian rangkulan yang dilakukan oleh muda-mudi ini, Sang Raja mendadak sembuh dari sakitnya yang tak kunjung sembuh itu.

Akhirnya sang Raja memerintahkan untuk tetap melaksanakan omed-omedan pada sehari setelah Hari Raya Nyepi. Tradisi omed-omedan sendiri pada tahun 1970-an pernah dihentikan selama setahun. Dan pada saat tahun tidak melaksanakan tradisi ini penduduk desa dilandan kesialan. Maka dari itu tradisi omed-omedan ini diadakan kembali untuk menolak bal hingga sekarang.

Peserta Tradisi Omed-Omedan

Omed-omedan sendiri memiliki arti tarik-tarikan. Omed-omedan dilakukan dengan cara berciumanantara pemuda dan pemudi. Kegiatan tradisi omed-omedan ini diawali dengan sambutan kata prajuru banjar di aula Bale Banjar Kaja Sesetan.

Setelah itu dilanjutkan dengan acara persembahyangan bersama. Kemudian terdapat juga sebuah setra pentas tarian Bali. Sebelum omed-omedan dimulai, seluruh pesertanya yaitu para pemuda dan pemudi menggelar doa atau persembahyangan yang dipimpin oleh pemangku desa setempat.

Setelah melalui ritual persembahyangan, barulah para pemuda dan pemudi yang menjadi peserta ini membaur ke arena. Mereka akan dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan jenis kelaminnya. Untuk selanjutnya salah satu dari dua kelompok pemuda dan pemudi ini diarak bergiliran untuk saling berciuman dan berepelukan.

Aksi ciuman tersebut pun akan berhenti setelah pasangan mendapatkan guyuran air dari panitia. Beberapa dari peserta pun khususnya peserta wanita sedikit malu-malu karena harus berciuman di keramaian, namun hal tersebut tidak mengurangi keseruan tradisi omed-omedan ini. Acara omed-omedan berlangsung sangat meriah. Aksi tarik menarik sambil berciuman dan berpelukan ini merupakan bentuk rasa kegembiraan para pemuda-pemudi di Banjar Kaja, Desa Sesetan.

Bagi anda yang tertarik ingin mengetahui keseruan dari tardisi omed-omedan ini, maka anda dapat datang ke Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar. Acara ini berlangsung pada sehari setelah Hari Raya Nyepi pada sore hari tepatnya sekitar pukul tiga sore. Jadi, bagi anda yang liburan di Bali dan tertarik melihatnya anda dapata datang pada hari tersebut.